I DEKLAMASI DAN POETRY READING
A.
Sekilas
Deklamasi dan Poetry Reading
Deklamasi
berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau declaim
yang bermakna membaca sesuatu hasil sastera yang berbentuk puisi dengan lagu
atau gerak tubuh sebagai alat bantu. Gerak yang dimaksudkan ialah gerak alat
bantu yang puitis, yang seirama dengan isi bacaan. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, deklamasi adalah penyajian sajak yang disertai lagu dan gaya.
Umumnya
memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi membaca sebuah cerpen
dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan mendeklamasi. Mendeklamasikan
puisi atau cerpen bermakna membaca, tetapi membaca tidak sama dengan maksud
mendeklamasi. Maksudnya di sini bahwa apapun pengertian membaca tentunya jauh
berbeda dengan maksud deklamasi. Di Indonesia
perkataan deklamasi sudah ada lewat tahun 1950. Orang yang melakukan deklamasi
itu disebut "Deklamator" untuk lelaki dan "Deklamatris"
untuk perempuan.
Sebelum ada
Istilah baca puisi, kegiatan deklamasi sudah dikenal lebih dahulu, baru
pada tahun 1960-an, sepulang belajar dari Amerikat Serikat, WS.
Rendra membawa oleh-oleh sastra, dengan istilah Poetry Reading. Perkembangan
Poetry Reading atau baca puisi sangat cepat populer dan menarik pemerhati dan
penikmat sastra, sehingga baca puisi lebih sering diadakan oleh para penyair,
pelajar, mahasiswa dalam perbagai kegiatan, misalnya:
lomba baca puisi, dialoq sastra dan baca puisi, pertunjukan puisi musikalitas,
parade puisi, dan lain-lain.
B.
Perbedaan Baca Puisi (Poetry Reading) dan
Deklamasi Puisi
Sesuai dengan
pengertian deklamasi yang telah disebutkan diatas, bahwa mendeklamasi puisi
berbeda dengan membaca puisi
1.
Saat membaca
puisi si pembaca memegang naskah puisi, sedangkan deklamasi tidak memegang
naskah puisi sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak
jasmaniah secara bervariasi.
2.
Ketika membaca puisi,
puisi yang dibaca lebih banyak dan panjang dari pada deklamasi.
3.
Pada membaca
puisi, faktor suara atau intonasi banyak berperan, sedangkan dalam deklamasi
disamping intonasi juga faktor mimik dan getsur atau gerak jasmaniah.
4.
Membaca puisi
relatif untuk diri sendiri dan orang lain, sedangkan deklamasi semata-mata
untuk orang lain.
II AKSENTUASI
Aksentuasi adalah upaya untuk mengoptimalkan unsur pembeda pada
suatu ungkapan bahasa agar tidak berkesan monoton
dengan tekanan ucapan tertentu, isi pikiran dan isi perasaan bisa ditonjolkan
A.
Teknik Teknik Ucapan Ada Tiga:
1.
Tekanan Dinamik
Tekanan
dinamik ialah tekanan keras di dalam ucapan. Untuk membedakan sebuah kata yang
dianggap lebih penting dari yang lain, kita memberi tekanan keras waktu
mengucapkan kata tersebut;
“Saya tidak suka serabi!”
(Artinya . . . kalau penganan lain saya suka)
“Saya tidak suka
serabi!”
(Artinya . . . kalau ibu saya suka)
“Saya tidak suka
serabi!”
(Artinya
. . . tak perlu dibujuk lagi)
2.
Tekanan Tempo
Tekanan
tempo ialah tekanan terhadap kata dengan memperlambat pengucapan kata tersebut;
“Saya tidak suka se - ra - bi!”
“Sa - ya tidak suka serabi!”
“Saya
ti - dak suka serabi!”
Hasilnya serupa dengan tekanan dinamik. Kata yang diberi tekanan
tempo menjadi kata yang lebih penting dari yang lainnya. Jadi, tekanan tempo
juga sangat berguna untuk menjelaskan isi pikiran.
3.
Tekanan Nada
Tekanan nada dipergunakan untuk mengucapkan kata-kata dengan lagu
tertentu. Misalnya: “Hebat betul kau ini.”
Kalimat di atas bisa mencerminkan perasaan kagum tetapi bisa juga mencerminkan
perasaan jengkel, marah, ataupun sedih, tergantung nada pengucapannya.
B.
Latihan!
1.
Ucapkan dengan
rasa kagum:
“Hebat betul
kau ini!”
2.
Ucapkan dengan
rasa jengkel:
“Hebat betul
kau ini!”
3.
Ucapkan dengan
rasa sedih:
“Hebat betul kau ini!”
Ternyata tekanan nada sangat berguna untuk mencerminkan isi
perasaan.
Contoh lain aksentuasi sebagai berikut:
Serang
(kota) dan serang (tindakan menyerang dalam pertempuran).
Apel (buah) dan apel bendera (menghadiri upacara bendera).
Mental (kejiwaan) dan mental (terpelanting).
Tahu (masakan, makanan) dan tahu (mengetahui sesuatu).
III ARTIKULASI
Artikulasi ialah lafal atau pengucapan kata (perubahan rongga dan ruang di
saluran suara untuk menghasilkan bunyi bahasa). Artikulasi yang baik yaitu pengucapan yang jelas. Setiap suku kata
terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan
terjadi kata‑kata yang diucapkan menjadi tumpang-tindih. sehingga telinga
pendengar/penonton dapat mengerti pada kata‑kata yang diucapkan. Lafal yang
benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai.
Misalnya, berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani
bukan ber‑ani.
Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang
mengakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu:
Cacat
artikulasi alam: cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap
atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonan, misalnya ‘r’, dan
sebagainya.
Artikulasi
jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu‑waktu.
Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog. Misalnya:
Kehormatan menjadi kormatan
Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek
disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup,
dan sebagainya.
Artikulasi
tak tentu: hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat,
seolah‑olah
kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali. Untuk mendapatkan
artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan. Misalnya, mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan
bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada‑nada
tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dan seterusnya, juga ucapkanlah dengan
berbisik.Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dan sebagainya.
IV INTONASI
Intonasi adalah lagu membaca puisi. Intonasi atau lagu kalimat berkaitan
dengan ketepatan dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata.
Intonasi dan artikulasi sangat berkaitan dengan irama. Irama merupakan unsur
sangat penting dan jiwa dari sebuah puisi. Irama adalah totalitas dari
tinggi-rendah, keras-lembut, dan panjang- pendek suara. Irama puisi tercipta
dengan melakukan intonasi.
A.
Jenis-Jenis Intonasi dalam Pembacaan
Puisi
1.
Intonasi
dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
2.
Intonasi nada,
yaitu tekanan tinggi-rendahnya suara. Suara tinggi menggambarkan
keriangan, marah, takjub, dan lain sebagainya. Sementara, suara
rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan lain sebagainya.
3.
Intonasi tempo,
yaitu cepat-lambat pengucapan suku kata atau kata.
Intonasi harus diatur sedemikian rupa, sehingga mampu menghasilkan atau menampilkan
karya seni yang indah.
B.
Perbedaan Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda
1.
Lafal merupakan cara seseorang atau sekelompok orang untuk mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa. Dalam bahasa tulis , lafal tidak terlihat dengan jelas dan
lebih jelas apabila diucapkan dengan lisan
2.
Tekanan merupakan bagian yang terpenting dari lafal, yang ditunjukkan
sebagai fariasi dalam kalimat yang lebih penting
3.
Intonasi merupakan lagu kalimat atau
kecepatan penyajian tinggi-rendahnya nada kalimat.
4.
Jeda merupakan waktu berhenti atau hentian sebentar dalam ujaran, dan
berpengaruh pada perubahan makna.
V AKTING
Akting (berperan) berasal dari kata to
act, yang berarti beraksi. Akting juga bisa diartikan melakukan sesuatu atau aksi sesuai
karakter tokoh yang diperankannya, dan melakukan yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari
sebagaimana mestinya.
Untuk
itu, perlu diketahui juga, bahwa akting dalam konteks ini adalah
perpaduan antara atraksi fisikal (tubuh) , Intelektual (analisis karakter dan
naskah), dan spiritual (transformasi jiwa).
Usaha
seorang aktor dalam melakoni seni akting adalah dengan mengembangkan kemampuan berekspresi, menganalisa naskah, dan mentransformasi diri ke dalam karakter yang ia mainkan.
Dengan
menempa ketiganya, aktor akan bisa membuka diri dan
menyerap kekayaan pengalaman hidup dari si tokoh sesuai dengan isi naskah.
Untuk
mencapai hal tersebut, aktor bisa mengolah kembali pengalaman
hidup atau melihat situasi sosial di lingkungan sekitarnya.
Aktor harus mampu menyatukan dirinya
ke dalam personal si tokoh (isi puisi) yang akan ia mainkan (bawakan). Hal ini berarti berhubungan
dengan kondisi batin. Karena kondisi batin inilah yang kelak akan menghasilkan penampilan (permainan) yang kaya dan kreatif serta
presentasi yang natural. Sehingga proses penghayatan pun akan mengalir dengan
kondisi batin yang baik.
Seorang
aktor juga harus diasah intuisi-nya, untuk mempelajari sifat-sifat manusiawi
dalam kehidupan si tokoh (isi puisi)yang akan ia bawakan, serta menuangkannya dalam batin
atau biasa dikenal dengan proses inner-act.
Akting yang baik
ialah gerak yang:
1.
terlihat
(blocking baik/tepat penempatan di atas panggung).
2.
jelas (tidak
ragu‑ragu, meyakinkan).
3.
dimengerti
(sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan).
4.
menghayati
(sesuai dengan tuntutan/jiwa peran{isi puisi} yang ditentukan dalam naskah).
Pemain (deklamator)
lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat
sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai
berikut:
1.
Kalau berdiri
menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada di depan.
2.
Kalau berdiri menghadap
ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada di depan.
Untuk menambah kualitas akting dalam berdeklamasi, ada teknik yang
harus digunakan deklamator yaitu teknik muncul. Pemeran Muncul pertama kali bahasa inggris di sebut dengan Teknik of
Entrance yaitu teknik seorang pemain
untuk pertama kalinya tampil di atas pentas dalam satu sandiwara satu babak
atau satu adegan. Barang kali kemunculannya tatkala pemain-pemain yang lain
sudah berada duluan di atas pentas dalam satu adegan, barang kali ia muncul
tepat waktu layar di buka, barang kali juga ia muncul pertama kali seorang diri
diatas pentas seorang iri seorang diri di atas pentas sebagai pembuka.
Tekinik muncul ini penting
karena ia lakukan dalam keadaan kesan ( imprese) menerbitkan ke inginan tahuan
penonton kepada sang pemain, bagaiman ia melakukan aktifitas penonton akan
lebih dapat menikmati dalam bermain.
Ketika di dalam
naskah “ Panembahan Reso ( W.S Rendra ). Ada adegan pesta pora di Istana, jaga
baya terburu-buru dating menghadap Raja membawa surat Panji- Tumbal.
Jagabaya :
Yang mulia, hamba menghadap untuk mempersembahkan surat.
Raja
Tua : Reso bawa dia
kemari.
Reso
: baik,yang mulia. Mari kamu ! bicara
Jagabaya :Hamba
memimpin pasukan pengawal istana hari ini. Seorang pasukan menggebu
dengan kuda. Ia datang dari Tegal Wurung membawa surat panji tumbal untuk Sri
baginda, sedang ia sendiri selesai bicara langsung melompat ke punggung kuda,
dan setelah mohon maaf karena ia sendiri di buru oleh urusan maha gawat lalu
melaju di telan debu.
Raja Tua :
bawa kemari surat itu.
Muncul
Jagabaya membawa surat Panji Tumbal ayang diserahkan kepada raja tua, supaya
lebih memberi pendalaman watak permainan maka peranan tersebut harus dapat
menyesuaikan alur irama permainan yang sedang – berjalan.
Jagabaya : (
Melangkah beberapa langkah menuju arah ke-arah Raja Tua, dengan tergesa-gesa ).
Jagabaya : yang
mulia, hamba menghadap Untuk mempersenbahklan surat (menunggu beberapa saat
reaksi Raja Tua) Didalam naskah “ OIDIPUS REX “ (Sopholes) adanya adegan Ratu
Jocosta yang keluar dari istana denga tergesa-gesa untuk memisah pertengkaran
oidpus dengan creon sambil berseru :
Jocosta : Bencana ! Bencana ! kenapa para pangeran bersenketa,
sedang negara dalam bencana.
Akan lebih
megesankan lagi apabila pemeran jocosta muncul, dengan setengah berlari sambil
berseru
Jocosta : Bencana ! Bencana !
( lalu berhenti sekejap dua kejap sambil memandang tajam pada
oidipus dan creon sambil maju ke
tengah-tengah di antara oidipus dan creon sambil mengucapkan sisa kalimat )
kenapa para pangeran bersengketa, sedang negara dalam bencana.
Selain
teknik muncul, untuk membantu
terciptanya kulitas akting, salah satu cara yang harus dilakukan seorang
dekmator hendaknya menguasai teknik bela diri dasar.
VI IMPROVISASI
Improvisasi adalah ciptaan spontan ketika seorang
aktor bermain peran (Rendra, 1993: 70). Menurut Panuti Sudjiman (1990:37)
improvisasi merupakan penciptaan seketika, tanpa persiapan atau rencana.
Menurut Ruth Beall Heining ( 1993 : 184 ) improvisasi sebagai aktivitas yang
dihasilkan secara spontan melalui suatu situasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
dapatlah dirumuskan bahwa improvisasi merupakan suatu aktivitas yang dihasilkan
secara spontan dengan menggalakkan daya imajinasi, kreativitas, dan inovasi seorang aktor.
Improvisasi dalam pengertian saat ini
merupakan latihan pengembangan dasar dari bentuk-bentuk pelatihan elemen dasar
(olah vokal, olah tubuh, olah pikir dan olah rasa serta teori-teori
pemanggungan dasar).
Jenis-Jenis Improvisasi Menurut Rendra,
antara lain:
1. Improvisasi solo
Di dalam latihan improvisasi ini aktor tidak mempunyai
naskah, tidak mempunyai sutradara. Ia benar-benar sendiri, bahkan si aktor
tidak mempunyai persiapan apapun, satu-satunya yang ia miliki hanyalah
persiapan mental. Karena ia berimprovisasi sendirian tanpa pasangan, maka
disebut improvisasi solo.
2. Improvisasi dengan perabotan
Yang dimaksud dengan perabotan di sini adalah benda apa saja yang jadikan alat atau
perabotan di saat seorang aktor berlakon (berakting).
Dalam permulaan berimprovisasi, seorang aktor harus benar-benar tenang dan kosong,
sehingga ketika seorang aktor berada di atas panggung ia dapat memanfaatkan
benda-benda yang ada di atas panggung sebagai wadah untuk berimprovisasi.
3. Improvisasi dengan menanggapi bunyi dan musik
Kegunaan dari latihan improvisasi ini adalah untuk mempersiapkan agar
akting seorang aktor di atas panggung tidak hanya jelas dan tepat, tetapi juga
mengandung daya khayal yang mampu membuat penonton terpesona, dengan
memanfaatkan irama musik yang mengiringi permainan sang aktor.
VII TATA PENTAS
Pentas/panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan. Dalam sejarah
perkembangannya, seni teater memiliki berbagai macam jenis panggung yang
dijadikan tempat pementasan. Perbedaan jenis panggung ini dipengaruhi oleh
tempat dan zaman di mana teater itu berada serta gaya pementasan yang
dilakukan. Bentuk panggung yang berbeda memiliki prinsip artistik yang berbeda.
Misalnya, dalam panggung yang penontonnya melingkar, membutuhkan tata letak
perabot yang dapat enak dilihat dari setiap sisi. Berbeda dengan panggung yang
penontonnya hanya satu arah dari depan. Untuk memperoleh hasil terbaik, penata
panggung diharuskan memahami karakter jenis panggung yang akan digunakan serta
bagian-bagian panggung tersebut.
Jenis-Jenis
Panggung sebagai berikut:
A. Arena
Panggung arena adalah
panggung yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi panggung. Penonton
sangat dekat sekali dengan deklamator.
Agar deklamator dapat terlihat dari setiap sisi, maka penggunaan set dekor
berupa bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi
pandangan penonton. Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka
penata panggung dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala
perabot yang digunakan dalam panggung arena harus benar-benar dipertimbangkan
dan dicermati secara hati-hati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya. Semua
ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.
Panggung arena biasanya dibuat secara terbuka (tanpa atap) dan
tertutup. Inti dari pangung arena baik terbuka atau tertutup adalah mendekatkan
penonton dengan deklamator. Kedekatan jarak ini membawa konsekuensi artistik
tersendiri baik bagi deklamator dan (terutama) tata panggung. Karena jaraknya
yang dekat, detil perabot yang diletakkan di atas panggung harus benar-benar
sempurna sebab jika tidak maka cacat sedikit saja akan tampak. Misalnya, di
atas panggung diletakkan kursi dan meja berukir. Jika bentuk ukiran yang
ditampilkan tidak tampak sempurna ‘berbeda satu dengan yang lain’ maka penonton
akan dengan mudah melihatnya. Hal ini mempengaruhi nilai artistik pementasan.
B.
Proscenium
Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai
karena penonton menyaksikan aksi aktor melalui sebuah bingkai atau lengkung
proscenium (proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar atau gorden inilah
yang memisahkan wilayah akting deklamator dengan penonton yang menyaksikan
pertunjukan dari satu arah. Dengan pemisahan ini, maka pergantian tata panggung
dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton. Aktor dapat bermain dengan
leluasa seolah-olah tidak ada penonton yang hadir melihatnya. Pemisahan ini
dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama dalam gaya realisme yang
menghendaki lakon seolah-olah benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.
C. Thrust
Panggung thrust seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga
bagian depannya menjorok ke arah penonton. Pada bagian depan yang menjorok ini
penonton dapat duduk di sisi kanan dan kiri panggung. Panggung thrust nampak
seperti gabungan antara panggung arena dan proscenium.
Untuk penataan panggung, bagian depan diperlakukan seolah panggung arena
sehingga tidak ada bangunan tertutup vertikal yang dipasang. Sedangkan panggung
belakang diperlakukan seolah panggung proscenium yang dapat menampilan
kedalaman objek atau pemandangan secara perspektif.
VIII TATA RIAS
Tata
rias adalah segala sesuatu yang harus ditujukan untuk membentuk artistik
yang mendukung deklamator dalam sebuah pementasannya. Tata rias ditekankan pada
cara menggunakan bahan-bahan yang diperlukan untuk mewujudkan wajah dan badan
yang artistik.
Hal yang perlu diperhitungkan dalam tata rias pentas yaitu jarak
antara penonton dengan yang ditonton dan intensitas penyinaran lampu. Dengan
memperhitungkan daerah pandang penonton yang mempunyai jarak antara 4 sampai 6
meter maka akan mempengaruhi tebal-tipisnya tata rias. Begitu juga dengan
intensitas cahaya dan warna cahaya akan sangat mempengaruhi warna dan kejelas
sebuah tata rias.
A.
Tugas dan
Fungsi Tata Rias
Tugas tata rias yaitu membantu
memberikan dandanan atau perubahan-perubahan pada deklamator sehingga terbentuk
dunia pentas dengan suasana yang kena dan wajar. Tugas ini dapat merupakan
fungsi pokok, dapat pula sebagai fungsi bantuan. Sebagai fungsi pokok, misalnya
tata rias ini mengubah seorang gadis belia menjadi nenek tua atau seorang
wanita sebagai seorang laki-laki atau sebaliknya. Sebagai fungsi bantuan,
misalnya seorang gadis muda akan dirias menjadi gadis muda, tetapi masih harus
memerlukan sedikit riasan muka atau rambut dan hal-hal kecil lainnya.
B.
Kegunaan Tata
Rias
1.
Merias tubuh
berarti mengubah hal yang alami menjadi
hal yang berguna artinya dengan prinsip mendapatkan daya guna yang
tepat. Bedanya dengan rias cantik adalah kalau rias cantik mengubah hal yang
jelek menjadi cantik. Sedangkan rias untuk teater adalah mengubah hal yang
alami menjadi hal yang dikehendaki.
2.
Mengatasi efek
tata lampu yang kuat.
3.
Membuat wajah
dan badan sesuai dengan isi puisi yang dikehendaki.
C.
Faktor-Faktor yang
Perlu Diperhatikan dalam Tata Rias
1.
Rata dan
halusnya base. Base yaitu bahan yang berguna untuk melindungi kulit dan untuk
memudahkan pelaksanaan dan
penghapusan tata rias.
2.
Kesamaan
Foundation. Foundation yaitu bedak dasar yang memberikan dasar warna kulit
sesuai dengan warna kulit peran.
3.
Penggunaan
garis-garis yang layak. Garis-garis ini berguna untuk memperjelas anatomi muka,
batas-batas bagian wajah (alis, mata, keriput-keriput).
4.
Harmoni antara
sinar dan bayangan-bayangan. Highlight dan shadow memberi efek
bahwa manusia itu tiga dimensional.
D.
Bahan-Bahan Tata
Rias
1.
Base, yang
termasuk ini adalah bedak dingin atau coldcream. Cara memakainya
mengambil dengan telunjuk,
letakkan pada bagian yang menonjol, gosok dengan cara memutar sampai rata.
2.
Foundation, ada
dua macam, yaitu stick dan pasta. Cara menggunakannya sama dengan base.
3.
Lines, gunanya
untuk memberi batas anatomi muka. Macamnya ada eyebrow pencil (membentuk
alis dan memperindah
mata), eyelash (membentuk bulu mata agar melengkung), lipstick, highlight
dan shadow (menciptakan
efek tiga dimensi pada muka), eyeshadow (membentuk dimensi pada mata).
4.
Rouge, gunanya
untuk menghidupkan pipi dekat mata,
tulang pipi, dagu, kelopak mata antara hidung dan mata.
5.
Cleansing,
gunanya untuk membersihkan segala tata rias dan juga sebagai nutrient dan
pengobatan padan kulit.
E.
Macam-macam
Tata Rias
1.
Rias Jenis yaitu
rias yang dilakukan untuk mengubah jenis
seorang deklamator, dari laki-laki menjadi wanita atau sebaliknya.
2.
Rias Bangsa
yaitu rias yang berfungsi untuk mengubah seorang deklamator yang harus
memainkan peranan bangsa lain.
3.
Rias Usia yaitu
rias yang berfungsi untuk mengubah seorang deklamator menjadi orang lain yang
usianya lebih tua. Dalam rias ini perlu mengetahui tentang anatomi manusia dan berbagai tingkat umur, Ketuaan pada
wajah biasanya ditandai dengan kerut pada bibir, dahi dan sudut mata.
4.
Rias Tokoh yaitu
rias yang berfungsi untuk mengubah seorang deklamator menjadi tokoh lain. Rias
ini termasuk rias yang agak sulit
karena adanya hubungan antara bentuk luar dan watak seseorang.
5.
Rias Temporal yaitu
rias yang berfungsi untuk membeda-bedakan waktu. Misalnya, rias
sehari-hari akan berbeda dengan rias mau
ke pesta.
6.
Rias Aksen yaitu
rias yang berfungsi untuk mempertegas aksen seorang deklamator yang mendekati peran yang akan dimainkan. Misalnya: Pemuda Jawa
akan memainkan peranan sebagai pemuda Jawa.
7.
Rias Lokal yaitu
rias yang ditentukan oleh tempatnya. Misalnya: rias seorang petani di sawah akan berbeda dengan petani tapi sudah
dirumah.
IX TATA KOSTUM
Kostum (busana)
ialah segala sandangan dan perlengkapannya (accessoris) yang dikenakan di dalam
pertunjukan. Kostum pertunjukan meliputi semua pakaian, sepatu, pakaian kepala,
dan perlengkapan-perlengkapannya yang lain. Biasanya produksi-produksi amatir
memusatkan perhatian pada lapis luar kostum serta mengabaikan kaki dan
pakaian-pakaian dalam. “Pakaian-pakain itu tidak akan berpengaruh”, demikian
kata mereka. Akan tetapi, pernyataan itu bagi mereka yang mahir dalam dunia
teater tidak benar.
A.
Macam-Macam
Kostum Pentas.
Macam kostum dapat
digolongkan menjadi lima bagian:
1.
Pakaian dasar
atau foundation.
Pakaian dasar adalah bagian
kostum, entah kelihatan atau tidak, yang penting untuk memberikan silhouette
pada kostum. Krinolon atau rok simpai, korset, petikut yang dipakai di bawah
pakaian luar, setagen, dan sebagainya.
2.
Pakaian kaki/sepatu.
Gaya sepatu penting, tidak hanya demi efek visual, tetapi
juga karena hal itu mempengaruhi cara si pelaku bergerak dan berjalan. Cara
berjalan seseorang berbeda-beda menurut tinggi tumit sepatu. Tumit yang tinggi
biasanya lebih berakibat gerak pinggang banyak, tumit yang rendah perlu untuk
gerak lembut rok bundar, tanpa tumit akan berakibat rendah hal yang lain lagi.
Sepatu yang jelas modern gayanya atau tidak cocok dengan periode tertentu
haruslah tidak dipakai bersama kostum periode itu, meski warnanya sesuai
sekalipun.
3.
Pakaian tubuh/
body.
Pakaian tubuh adalah pakaian-pakaian tubuh yang kelihatan oleh
penonton. Ini meliputi blus, rok (skirt), kemeja, overall, celana, dan
lain-lain yang dipakai oleh pelaku.
4.
Pakaian kepala/headress.
Termasuk pakaian kepala adalah penataan rambut (coiffure). Corak
pakaian kepala tentu saja bergantung pada corak kostum. Gaya rambut
kadang-kadang dimasukkan ke dalam make-up. Kostum dan make-up sangat erat
berjalinan dengan melukiskan peranan hingga kedua hal itu harus diperhatikan
bersama. Hairdo atau tata rambut disesuaikan dengan wajah dan bentuk tubuh.
5.
Perlengkapan-perlengkapan/accessories.
Pakaian-pakaian yang melengkapi, yaitu bagian-bagian kostum yang
bukan pakaian-pakaian dasar atau yang belum termasuk bagian-bagian di atas, akan
tetapi dapat ditambahkan demi efek dekoratif, karakter, atau tujuan-tujuan lain,
meliputi kaus tangan, perhiasan, dompet, ikat pingggang, kipas, dan sebagainya.
B.
Hubungan Kostum dengan Fase-Fase Lain di Pentas
Kostum biasanya akan lebih efektif dan sesuai bila direncanakan
bersama-sama dengan fase-fase produksi yang lain. Kostum-kostum haruslah saling
bersesuaian dan cocok dengan scenery(keadaan adegan).
C.
Tujuan dan Fungsi Kostum
1.
Tiap costuming
mempunyai dua tujuan:
a.
Membantu
penonton agar mendapatkan suatu ciri atas pribadi deklamator,
b.
Membantu
memperlihatkan adanya hubungan antara deklamator dengan isi puisi atau dengan
deklamator lain jika tampil bersamaan.
2.
Fungsi kostum
a.
Membantu
menghidupkan perwatakan deklamator. Artinya, sebelum dia berdeklamasi, kostum
sudah menunjukkan hubungan deklamator dengan puisi yang akan dibawakan. Kostum
juga dapat menggambarkan hubungan psikologis dengan karakter lain.
b.
Individualisasi
peranan. Warna dan gaya kostum dapat membedakan seorang deklamator dari deklamator
yang lain dan dari setting serta latar belakang. Gaya suatu periode yang
mempunyai karakteristik-karakteristik yang sama menimbulkan duplikasi dan
monotomi, bukan individualisasi yang perlu bagi deklamator.
c.
Memberi
fasilitas dan membantu gerak deklamator. Deklmator harus dapat melaksanakan
laku atau stage business yang diperlukan tanpa terintang oleh kostumnya. Kostum
tidak hanya harus menjadi pembantu bagi pelaku, tetapi juga harus menambah efek
visual gerak, menambah indah dan menyenangkan posisi deklamator setiap saat.
D.
Tipe-Tipe Kostum Pentas
Kostum pentas dapat digolongkan ke dalam empat tipe:
1.
Kostum historis
adalah dari periode-periode spesifik dalam sejarah.
2.
Kostum modern adalah
pakaian yang dipakai dalam masyarakat sekarang.
3.
Kostum nasional
adalah kostum dari negara atau tempat yang spesifik.
Bisa saja kostum bertipe historis dan nasional sekaligus.
4.
Kostum
tradisional adalah kostum represantasi karakter spesifik secara simbolis dan
distilasi, seperti kostum pierrot, pierertte, dan harlequin, dan suku.
E.
Cara Memakai
Lebih dahulu kita bedakan antara bendandan dan memakai kostum.
Berdandan hanya memakai pakaian saja. Sedangkan memakai kostum adalah menggunakan
pakaian dengan hidupnya. Atau dengan kata lain, hidup sesuai dengan corak pakaiannya.
Ada dua teknik dalam memakai kostum:
1.
Kostum dikenakan
pada tubuh tanpa model khusus.
2.
Kostum yang dikenakan
sudah disesuaikan dengan bentuk tubuh.
Dua macam studi dalam merencanakan kostum:
1.
Studi atas isi
puisi yang dibawakan oleh deklamator.
2.
Usaha riset
atas periode sejarah dan pakaian nasional yang sesuai dengan isi puisi
IX PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan, penyanyi, deklamator , atau qori’,
untuk memperoleh suara yang baik, ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh
sebab itu, ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta
mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik
dalam latihan maupun pementasan.
A.
Macam-Macam Pernapasan yang Biasa Dipergunakan:
1.
Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara
kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung.
Di kalangan orang orang teater, pernapasan
dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas
dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/akting kita,
karena bahu menjadi kaku.
2.
Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara
yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung,
Pernapasan perut dipergunakan oleh
sebagian teatrikal, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya
lebih banyak dibandingkan dada.
3.
Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita
mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita
serap sangat banyak (maksimum).
Pernapasan lengkap dipergunakan oleh
sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi
mengutamakan vokal.
4.
Pernapasan diafragma
(sekat antara rongga dada dan rongga perut))
Pernapasan diafragma ialah jika pada
waktu kita mengambil udara, maka diafragma kita mengembang. Hal ini dapat kita
rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di
sebelah atas pinggul juga turut mengembang.
Menurut perkembangan akhir-akhir ini,
banyak orang-orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak
banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan
pernapasan perut.
B.
Latihan-latihan Pernapasan:
1. Pertama kita menyerap udara sebanyak
mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di
situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian, tubuh kita gerakkan turun sampai
batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi
semula, barulah napas kita keluarkan kembali.
2. Cara kedua adalah menarik napas dan
mengeluarkannya kembali dengan cepat.
3. Cara berikutnya adalah menarik napas
dalam-dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun
cara-cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
XII PROPERTI
Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan
dalam pementasan. Contoh: kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi, dan lain-lain.
Sering kali
muncul anggapan jika properti pentas tak ubahnya hanya pemanis pertunjukan
belaka. Sehingga acap kali keberadaan properti menjadi sesuatu yang
disepelekan. Namun, pendapat itu disanggah
Daniel SW, penata artistik dan fotografi asal Solo. Menurutnya, sebuah
kesuksesan pertunjukan ditunjang oleh banyak hal, salah satunya adalah properti
itu sendiri.
Secara umum,
properti panggung dibagi dalam dua kategori, yaitu
properti fungsional dan properti realis. Dicontohkan dalam
dunia teater, pemilihan jenis properti itu didasarkan pada naskah dan skenario
adegan atau isi puisi.Meski sederhana,
tetapi dalam konteks tersebut pemakaian properti bukan sekadar
pelengkap pertunjukan. Tapi sudah sebagai unsur penting pembangun roh
pertunjukan itu sendiri
I DEKLAMASI DAN POETRY READING
A.
Sekilas
Deklamasi dan Poetry Reading
Deklamasi
berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau declaim
yang bermakna membaca sesuatu hasil sastera yang berbentuk puisi dengan lagu
atau gerak tubuh sebagai alat bantu. Gerak yang dimaksudkan ialah gerak alat
bantu yang puitis, yang seirama dengan isi bacaan. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, deklamasi adalah penyajian sajak yang disertai lagu dan gaya.
Umumnya
memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi membaca sebuah cerpen
dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan mendeklamasi. Mendeklamasikan
puisi atau cerpen bermakna membaca, tetapi membaca tidak sama dengan maksud
mendeklamasi. Maksudnya di sini bahwa apapun pengertian membaca tentunya jauh
berbeda dengan maksud deklamasi. Di Indonesia
perkataan deklamasi sudah ada lewat tahun 1950. Orang yang melakukan deklamasi
itu disebut "Deklamator" untuk lelaki dan "Deklamatris"
untuk perempuan.
Sebelum ada
Istilah baca puisi, kegiatan deklamasi sudah dikenal lebih dahulu, baru
pada tahun 1960-an, sepulang belajar dari Amerikat Serikat, WS.
Rendra membawa oleh-oleh sastra, dengan istilah Poetry Reading. Perkembangan
Poetry Reading atau baca puisi sangat cepat populer dan menarik pemerhati dan
penikmat sastra, sehingga baca puisi lebih sering diadakan oleh para penyair,
pelajar, mahasiswa dalam perbagai kegiatan, misalnya:
lomba baca puisi, dialoq sastra dan baca puisi, pertunjukan puisi musikalitas,
parade puisi, dan lain-lain.
B.
Perbedaan Baca Puisi (Poetry Reading) dan
Deklamasi Puisi
Sesuai dengan
pengertian deklamasi yang telah disebutkan diatas, bahwa mendeklamasi puisi
berbeda dengan membaca puisi
1.
Saat membaca
puisi si pembaca memegang naskah puisi, sedangkan deklamasi tidak memegang
naskah puisi sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak
jasmaniah secara bervariasi.
2.
Ketika membaca puisi,
puisi yang dibaca lebih banyak dan panjang dari pada deklamasi.
3.
Pada membaca
puisi, faktor suara atau intonasi banyak berperan, sedangkan dalam deklamasi
disamping intonasi juga faktor mimik dan getsur atau gerak jasmaniah.
4.
Membaca puisi
relatif untuk diri sendiri dan orang lain, sedangkan deklamasi semata-mata
untuk orang lain.
II AKSENTUASI
Aksentuasi adalah upaya untuk mengoptimalkan unsur pembeda pada
suatu ungkapan bahasa agar tidak berkesan monoton
dengan tekanan ucapan tertentu, isi pikiran dan isi perasaan bisa ditonjolkan
A.
Teknik Teknik Ucapan Ada Tiga:
1.
Tekanan Dinamik
Tekanan
dinamik ialah tekanan keras di dalam ucapan. Untuk membedakan sebuah kata yang
dianggap lebih penting dari yang lain, kita memberi tekanan keras waktu
mengucapkan kata tersebut;
“Saya tidak suka serabi!”
(Artinya . . . kalau penganan lain saya suka)
“Saya tidak suka
serabi!”
(Artinya . . . kalau ibu saya suka)
“Saya tidak suka
serabi!”
(Artinya
. . . tak perlu dibujuk lagi)
2.
Tekanan Tempo
Tekanan
tempo ialah tekanan terhadap kata dengan memperlambat pengucapan kata tersebut;
“Saya tidak suka se - ra - bi!”
“Sa - ya tidak suka serabi!”
“Saya
ti - dak suka serabi!”
Hasilnya serupa dengan tekanan dinamik. Kata yang diberi tekanan
tempo menjadi kata yang lebih penting dari yang lainnya. Jadi, tekanan tempo
juga sangat berguna untuk menjelaskan isi pikiran.
3.
Tekanan Nada
Tekanan nada dipergunakan untuk mengucapkan kata-kata dengan lagu
tertentu. Misalnya: “Hebat betul kau ini.”
Kalimat di atas bisa mencerminkan perasaan kagum tetapi bisa juga mencerminkan
perasaan jengkel, marah, ataupun sedih, tergantung nada pengucapannya.
B.
Latihan!
1.
Ucapkan dengan
rasa kagum:
“Hebat betul
kau ini!”
2.
Ucapkan dengan
rasa jengkel:
“Hebat betul
kau ini!”
3.
Ucapkan dengan
rasa sedih:
“Hebat betul kau ini!”
Ternyata tekanan nada sangat berguna untuk mencerminkan isi
perasaan.
Contoh lain aksentuasi sebagai berikut:
Serang
(kota) dan serang (tindakan menyerang dalam pertempuran).
Apel (buah) dan apel bendera (menghadiri upacara bendera).
Mental (kejiwaan) dan mental (terpelanting).
Tahu (masakan, makanan) dan tahu (mengetahui sesuatu).
III ARTIKULASI
Artikulasi ialah lafal atau pengucapan kata (perubahan rongga dan ruang di
saluran suara untuk menghasilkan bunyi bahasa). Artikulasi yang baik yaitu pengucapan yang jelas. Setiap suku kata
terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan
terjadi kata‑kata yang diucapkan menjadi tumpang-tindih. sehingga telinga
pendengar/penonton dapat mengerti pada kata‑kata yang diucapkan. Lafal yang
benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai.
Misalnya, berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani
bukan ber‑ani.
Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang
mengakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu:
Cacat
artikulasi alam: cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap
atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonan, misalnya ‘r’, dan
sebagainya.
Artikulasi
jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu‑waktu.
Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog. Misalnya:
Kehormatan menjadi kormatan
Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek
disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup,
dan sebagainya.
Artikulasi
tak tentu: hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat,
seolah‑olah
kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali. Untuk mendapatkan
artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan. Misalnya, mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan
bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada‑nada
tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dan seterusnya, juga ucapkanlah dengan
berbisik.Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dan sebagainya.
IV INTONASI
Intonasi adalah lagu membaca puisi. Intonasi atau lagu kalimat berkaitan
dengan ketepatan dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata.
Intonasi dan artikulasi sangat berkaitan dengan irama. Irama merupakan unsur
sangat penting dan jiwa dari sebuah puisi. Irama adalah totalitas dari
tinggi-rendah, keras-lembut, dan panjang- pendek suara. Irama puisi tercipta
dengan melakukan intonasi.
A.
Jenis-Jenis Intonasi dalam Pembacaan
Puisi
1.
Intonasi
dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
2.
Intonasi nada,
yaitu tekanan tinggi-rendahnya suara. Suara tinggi menggambarkan
keriangan, marah, takjub, dan lain sebagainya. Sementara, suara
rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan lain sebagainya.
3.
Intonasi tempo,
yaitu cepat-lambat pengucapan suku kata atau kata.
Intonasi harus diatur sedemikian rupa, sehingga mampu menghasilkan atau menampilkan
karya seni yang indah.
B.
Perbedaan Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda
1.
Lafal merupakan cara seseorang atau sekelompok orang untuk mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa. Dalam bahasa tulis , lafal tidak terlihat dengan jelas dan
lebih jelas apabila diucapkan dengan lisan
2.
Tekanan merupakan bagian yang terpenting dari lafal, yang ditunjukkan
sebagai fariasi dalam kalimat yang lebih penting
3.
Intonasi merupakan lagu kalimat atau
kecepatan penyajian tinggi-rendahnya nada kalimat.
4.
Jeda merupakan waktu berhenti atau hentian sebentar dalam ujaran, dan
berpengaruh pada perubahan makna.
V AKTING
Akting (berperan) berasal dari kata to
act, yang berarti beraksi. Akting juga bisa diartikan melakukan sesuatu atau aksi sesuai
karakter tokoh yang diperankannya, dan melakukan yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari
sebagaimana mestinya.
Untuk
itu, perlu diketahui juga, bahwa akting dalam konteks ini adalah
perpaduan antara atraksi fisikal (tubuh) , Intelektual (analisis karakter dan
naskah), dan spiritual (transformasi jiwa).
Usaha
seorang aktor dalam melakoni seni akting adalah dengan mengembangkan kemampuan berekspresi, menganalisa naskah, dan mentransformasi diri ke dalam karakter yang ia mainkan.
Dengan
menempa ketiganya, aktor akan bisa membuka diri dan
menyerap kekayaan pengalaman hidup dari si tokoh sesuai dengan isi naskah.
Untuk
mencapai hal tersebut, aktor bisa mengolah kembali pengalaman
hidup atau melihat situasi sosial di lingkungan sekitarnya.
Aktor harus mampu menyatukan dirinya
ke dalam personal si tokoh (isi puisi) yang akan ia mainkan (bawakan). Hal ini berarti berhubungan
dengan kondisi batin. Karena kondisi batin inilah yang kelak akan menghasilkan penampilan (permainan) yang kaya dan kreatif serta
presentasi yang natural. Sehingga proses penghayatan pun akan mengalir dengan
kondisi batin yang baik.
Seorang
aktor juga harus diasah intuisi-nya, untuk mempelajari sifat-sifat manusiawi
dalam kehidupan si tokoh (isi puisi)yang akan ia bawakan, serta menuangkannya dalam batin
atau biasa dikenal dengan proses inner-act.
Akting yang baik
ialah gerak yang:
1.
terlihat
(blocking baik/tepat penempatan di atas panggung).
2.
jelas (tidak
ragu‑ragu, meyakinkan).
3.
dimengerti
(sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan).
4.
menghayati
(sesuai dengan tuntutan/jiwa peran{isi puisi} yang ditentukan dalam naskah).
Pemain (deklamator)
lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat
sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai
berikut:
1.
Kalau berdiri
menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada di depan.
2.
Kalau berdiri menghadap
ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada di depan.
Untuk menambah kualitas akting dalam berdeklamasi, ada teknik yang
harus digunakan deklamator yaitu teknik muncul. Pemeran Muncul pertama kali bahasa inggris di sebut dengan Teknik of
Entrance yaitu teknik seorang pemain
untuk pertama kalinya tampil di atas pentas dalam satu sandiwara satu babak
atau satu adegan. Barang kali kemunculannya tatkala pemain-pemain yang lain
sudah berada duluan di atas pentas dalam satu adegan, barang kali ia muncul
tepat waktu layar di buka, barang kali juga ia muncul pertama kali seorang diri
diatas pentas seorang iri seorang diri di atas pentas sebagai pembuka.
Tekinik muncul ini penting
karena ia lakukan dalam keadaan kesan ( imprese) menerbitkan ke inginan tahuan
penonton kepada sang pemain, bagaiman ia melakukan aktifitas penonton akan
lebih dapat menikmati dalam bermain.
Ketika di dalam
naskah “ Panembahan Reso ( W.S Rendra ). Ada adegan pesta pora di Istana, jaga
baya terburu-buru dating menghadap Raja membawa surat Panji- Tumbal.
Jagabaya :
Yang mulia, hamba menghadap untuk mempersembahkan surat.
Raja
Tua : Reso bawa dia
kemari.
Reso
: baik,yang mulia. Mari kamu ! bicara
Jagabaya :Hamba
memimpin pasukan pengawal istana hari ini. Seorang pasukan menggebu
dengan kuda. Ia datang dari Tegal Wurung membawa surat panji tumbal untuk Sri
baginda, sedang ia sendiri selesai bicara langsung melompat ke punggung kuda,
dan setelah mohon maaf karena ia sendiri di buru oleh urusan maha gawat lalu
melaju di telan debu.
Raja Tua :
bawa kemari surat itu.
Muncul
Jagabaya membawa surat Panji Tumbal ayang diserahkan kepada raja tua, supaya
lebih memberi pendalaman watak permainan maka peranan tersebut harus dapat
menyesuaikan alur irama permainan yang sedang – berjalan.
Jagabaya : (
Melangkah beberapa langkah menuju arah ke-arah Raja Tua, dengan tergesa-gesa ).
Jagabaya : yang
mulia, hamba menghadap Untuk mempersenbahklan surat (menunggu beberapa saat
reaksi Raja Tua) Didalam naskah “ OIDIPUS REX “ (Sopholes) adanya adegan Ratu
Jocosta yang keluar dari istana denga tergesa-gesa untuk memisah pertengkaran
oidpus dengan creon sambil berseru :
Jocosta : Bencana ! Bencana ! kenapa para pangeran bersenketa,
sedang negara dalam bencana.
Akan lebih
megesankan lagi apabila pemeran jocosta muncul, dengan setengah berlari sambil
berseru
Jocosta : Bencana ! Bencana !
( lalu berhenti sekejap dua kejap sambil memandang tajam pada
oidipus dan creon sambil maju ke
tengah-tengah di antara oidipus dan creon sambil mengucapkan sisa kalimat )
kenapa para pangeran bersengketa, sedang negara dalam bencana.
Selain
teknik muncul, untuk membantu
terciptanya kulitas akting, salah satu cara yang harus dilakukan seorang
dekmator hendaknya menguasai teknik bela diri dasar.
VI IMPROVISASI
Improvisasi adalah ciptaan spontan ketika seorang
aktor bermain peran (Rendra, 1993: 70). Menurut Panuti Sudjiman (1990:37)
improvisasi merupakan penciptaan seketika, tanpa persiapan atau rencana.
Menurut Ruth Beall Heining ( 1993 : 184 ) improvisasi sebagai aktivitas yang
dihasilkan secara spontan melalui suatu situasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
dapatlah dirumuskan bahwa improvisasi merupakan suatu aktivitas yang dihasilkan
secara spontan dengan menggalakkan daya imajinasi, kreativitas, dan inovasi seorang aktor.
Improvisasi dalam pengertian saat ini
merupakan latihan pengembangan dasar dari bentuk-bentuk pelatihan elemen dasar
(olah vokal, olah tubuh, olah pikir dan olah rasa serta teori-teori
pemanggungan dasar).
Jenis-Jenis Improvisasi Menurut Rendra,
antara lain:
1. Improvisasi solo
Di dalam latihan improvisasi ini aktor tidak mempunyai
naskah, tidak mempunyai sutradara. Ia benar-benar sendiri, bahkan si aktor
tidak mempunyai persiapan apapun, satu-satunya yang ia miliki hanyalah
persiapan mental. Karena ia berimprovisasi sendirian tanpa pasangan, maka
disebut improvisasi solo.
2. Improvisasi dengan perabotan
Yang dimaksud dengan perabotan di sini adalah benda apa saja yang jadikan alat atau
perabotan di saat seorang aktor berlakon (berakting).
Dalam permulaan berimprovisasi, seorang aktor harus benar-benar tenang dan kosong,
sehingga ketika seorang aktor berada di atas panggung ia dapat memanfaatkan
benda-benda yang ada di atas panggung sebagai wadah untuk berimprovisasi.
3. Improvisasi dengan menanggapi bunyi dan musik
Kegunaan dari latihan improvisasi ini adalah untuk mempersiapkan agar
akting seorang aktor di atas panggung tidak hanya jelas dan tepat, tetapi juga
mengandung daya khayal yang mampu membuat penonton terpesona, dengan
memanfaatkan irama musik yang mengiringi permainan sang aktor.
VII TATA PENTAS
Pentas/panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan. Dalam sejarah
perkembangannya, seni teater memiliki berbagai macam jenis panggung yang
dijadikan tempat pementasan. Perbedaan jenis panggung ini dipengaruhi oleh
tempat dan zaman di mana teater itu berada serta gaya pementasan yang
dilakukan. Bentuk panggung yang berbeda memiliki prinsip artistik yang berbeda.
Misalnya, dalam panggung yang penontonnya melingkar, membutuhkan tata letak
perabot yang dapat enak dilihat dari setiap sisi. Berbeda dengan panggung yang
penontonnya hanya satu arah dari depan. Untuk memperoleh hasil terbaik, penata
panggung diharuskan memahami karakter jenis panggung yang akan digunakan serta
bagian-bagian panggung tersebut.
Jenis-Jenis
Panggung sebagai berikut:
A. Arena
Panggung arena adalah
panggung yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi panggung. Penonton
sangat dekat sekali dengan deklamator.
Agar deklamator dapat terlihat dari setiap sisi, maka penggunaan set dekor
berupa bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi
pandangan penonton. Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka
penata panggung dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala
perabot yang digunakan dalam panggung arena harus benar-benar dipertimbangkan
dan dicermati secara hati-hati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya. Semua
ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.
Panggung arena biasanya dibuat secara terbuka (tanpa atap) dan
tertutup. Inti dari pangung arena baik terbuka atau tertutup adalah mendekatkan
penonton dengan deklamator. Kedekatan jarak ini membawa konsekuensi artistik
tersendiri baik bagi deklamator dan (terutama) tata panggung. Karena jaraknya
yang dekat, detil perabot yang diletakkan di atas panggung harus benar-benar
sempurna sebab jika tidak maka cacat sedikit saja akan tampak. Misalnya, di
atas panggung diletakkan kursi dan meja berukir. Jika bentuk ukiran yang
ditampilkan tidak tampak sempurna ‘berbeda satu dengan yang lain’ maka penonton
akan dengan mudah melihatnya. Hal ini mempengaruhi nilai artistik pementasan.
B.
Proscenium
Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai
karena penonton menyaksikan aksi aktor melalui sebuah bingkai atau lengkung
proscenium (proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar atau gorden inilah
yang memisahkan wilayah akting deklamator dengan penonton yang menyaksikan
pertunjukan dari satu arah. Dengan pemisahan ini, maka pergantian tata panggung
dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton. Aktor dapat bermain dengan
leluasa seolah-olah tidak ada penonton yang hadir melihatnya. Pemisahan ini
dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama dalam gaya realisme yang
menghendaki lakon seolah-olah benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.
C. Thrust
Panggung thrust seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga
bagian depannya menjorok ke arah penonton. Pada bagian depan yang menjorok ini
penonton dapat duduk di sisi kanan dan kiri panggung. Panggung thrust nampak
seperti gabungan antara panggung arena dan proscenium.
Untuk penataan panggung, bagian depan diperlakukan seolah panggung arena
sehingga tidak ada bangunan tertutup vertikal yang dipasang. Sedangkan panggung
belakang diperlakukan seolah panggung proscenium yang dapat menampilan
kedalaman objek atau pemandangan secara perspektif.
VIII TATA RIAS
Tata
rias adalah segala sesuatu yang harus ditujukan untuk membentuk artistik
yang mendukung deklamator dalam sebuah pementasannya. Tata rias ditekankan pada
cara menggunakan bahan-bahan yang diperlukan untuk mewujudkan wajah dan badan
yang artistik.
Hal yang perlu diperhitungkan dalam tata rias pentas yaitu jarak
antara penonton dengan yang ditonton dan intensitas penyinaran lampu. Dengan
memperhitungkan daerah pandang penonton yang mempunyai jarak antara 4 sampai 6
meter maka akan mempengaruhi tebal-tipisnya tata rias. Begitu juga dengan
intensitas cahaya dan warna cahaya akan sangat mempengaruhi warna dan kejelas
sebuah tata rias.
A.
Tugas dan
Fungsi Tata Rias
Tugas tata rias yaitu membantu
memberikan dandanan atau perubahan-perubahan pada deklamator sehingga terbentuk
dunia pentas dengan suasana yang kena dan wajar. Tugas ini dapat merupakan
fungsi pokok, dapat pula sebagai fungsi bantuan. Sebagai fungsi pokok, misalnya
tata rias ini mengubah seorang gadis belia menjadi nenek tua atau seorang
wanita sebagai seorang laki-laki atau sebaliknya. Sebagai fungsi bantuan,
misalnya seorang gadis muda akan dirias menjadi gadis muda, tetapi masih harus
memerlukan sedikit riasan muka atau rambut dan hal-hal kecil lainnya.
B.
Kegunaan Tata
Rias
1.
Merias tubuh
berarti mengubah hal yang alami menjadi
hal yang berguna artinya dengan prinsip mendapatkan daya guna yang
tepat. Bedanya dengan rias cantik adalah kalau rias cantik mengubah hal yang
jelek menjadi cantik. Sedangkan rias untuk teater adalah mengubah hal yang
alami menjadi hal yang dikehendaki.
2.
Mengatasi efek
tata lampu yang kuat.
3.
Membuat wajah
dan badan sesuai dengan isi puisi yang dikehendaki.
C.
Faktor-Faktor yang
Perlu Diperhatikan dalam Tata Rias
1.
Rata dan
halusnya base. Base yaitu bahan yang berguna untuk melindungi kulit dan untuk
memudahkan pelaksanaan dan
penghapusan tata rias.
2.
Kesamaan
Foundation. Foundation yaitu bedak dasar yang memberikan dasar warna kulit
sesuai dengan warna kulit peran.
3.
Penggunaan
garis-garis yang layak. Garis-garis ini berguna untuk memperjelas anatomi muka,
batas-batas bagian wajah (alis, mata, keriput-keriput).
4.
Harmoni antara
sinar dan bayangan-bayangan. Highlight dan shadow memberi efek
bahwa manusia itu tiga dimensional.
D.
Bahan-Bahan Tata
Rias
1.
Base, yang
termasuk ini adalah bedak dingin atau coldcream. Cara memakainya
mengambil dengan telunjuk,
letakkan pada bagian yang menonjol, gosok dengan cara memutar sampai rata.
2.
Foundation, ada
dua macam, yaitu stick dan pasta. Cara menggunakannya sama dengan base.
3.
Lines, gunanya
untuk memberi batas anatomi muka. Macamnya ada eyebrow pencil (membentuk
alis dan memperindah
mata), eyelash (membentuk bulu mata agar melengkung), lipstick, highlight
dan shadow (menciptakan
efek tiga dimensi pada muka), eyeshadow (membentuk dimensi pada mata).
4.
Rouge, gunanya
untuk menghidupkan pipi dekat mata,
tulang pipi, dagu, kelopak mata antara hidung dan mata.
5.
Cleansing,
gunanya untuk membersihkan segala tata rias dan juga sebagai nutrient dan
pengobatan padan kulit.
E.
Macam-macam
Tata Rias
1.
Rias Jenis yaitu
rias yang dilakukan untuk mengubah jenis
seorang deklamator, dari laki-laki menjadi wanita atau sebaliknya.
2.
Rias Bangsa
yaitu rias yang berfungsi untuk mengubah seorang deklamator yang harus
memainkan peranan bangsa lain.
3.
Rias Usia yaitu
rias yang berfungsi untuk mengubah seorang deklamator menjadi orang lain yang
usianya lebih tua. Dalam rias ini perlu mengetahui tentang anatomi manusia dan berbagai tingkat umur, Ketuaan pada
wajah biasanya ditandai dengan kerut pada bibir, dahi dan sudut mata.
4.
Rias Tokoh yaitu
rias yang berfungsi untuk mengubah seorang deklamator menjadi tokoh lain. Rias
ini termasuk rias yang agak sulit
karena adanya hubungan antara bentuk luar dan watak seseorang.
5.
Rias Temporal yaitu
rias yang berfungsi untuk membeda-bedakan waktu. Misalnya, rias
sehari-hari akan berbeda dengan rias mau
ke pesta.
6.
Rias Aksen yaitu
rias yang berfungsi untuk mempertegas aksen seorang deklamator yang mendekati peran yang akan dimainkan. Misalnya: Pemuda Jawa
akan memainkan peranan sebagai pemuda Jawa.
7.
Rias Lokal yaitu
rias yang ditentukan oleh tempatnya. Misalnya: rias seorang petani di sawah akan berbeda dengan petani tapi sudah
dirumah.
IX TATA KOSTUM
Kostum (busana)
ialah segala sandangan dan perlengkapannya (accessoris) yang dikenakan di dalam
pertunjukan. Kostum pertunjukan meliputi semua pakaian, sepatu, pakaian kepala,
dan perlengkapan-perlengkapannya yang lain. Biasanya produksi-produksi amatir
memusatkan perhatian pada lapis luar kostum serta mengabaikan kaki dan
pakaian-pakaian dalam. “Pakaian-pakain itu tidak akan berpengaruh”, demikian
kata mereka. Akan tetapi, pernyataan itu bagi mereka yang mahir dalam dunia
teater tidak benar.
A.
Macam-Macam
Kostum Pentas.
Macam kostum dapat
digolongkan menjadi lima bagian:
1.
Pakaian dasar
atau foundation.
Pakaian dasar adalah bagian
kostum, entah kelihatan atau tidak, yang penting untuk memberikan silhouette
pada kostum. Krinolon atau rok simpai, korset, petikut yang dipakai di bawah
pakaian luar, setagen, dan sebagainya.
2.
Pakaian kaki/sepatu.
Gaya sepatu penting, tidak hanya demi efek visual, tetapi
juga karena hal itu mempengaruhi cara si pelaku bergerak dan berjalan. Cara
berjalan seseorang berbeda-beda menurut tinggi tumit sepatu. Tumit yang tinggi
biasanya lebih berakibat gerak pinggang banyak, tumit yang rendah perlu untuk
gerak lembut rok bundar, tanpa tumit akan berakibat rendah hal yang lain lagi.
Sepatu yang jelas modern gayanya atau tidak cocok dengan periode tertentu
haruslah tidak dipakai bersama kostum periode itu, meski warnanya sesuai
sekalipun.
3.
Pakaian tubuh/
body.
Pakaian tubuh adalah pakaian-pakaian tubuh yang kelihatan oleh
penonton. Ini meliputi blus, rok (skirt), kemeja, overall, celana, dan
lain-lain yang dipakai oleh pelaku.
4.
Pakaian kepala/headress.
Termasuk pakaian kepala adalah penataan rambut (coiffure). Corak
pakaian kepala tentu saja bergantung pada corak kostum. Gaya rambut
kadang-kadang dimasukkan ke dalam make-up. Kostum dan make-up sangat erat
berjalinan dengan melukiskan peranan hingga kedua hal itu harus diperhatikan
bersama. Hairdo atau tata rambut disesuaikan dengan wajah dan bentuk tubuh.
5.
Perlengkapan-perlengkapan/accessories.
Pakaian-pakaian yang melengkapi, yaitu bagian-bagian kostum yang
bukan pakaian-pakaian dasar atau yang belum termasuk bagian-bagian di atas, akan
tetapi dapat ditambahkan demi efek dekoratif, karakter, atau tujuan-tujuan lain,
meliputi kaus tangan, perhiasan, dompet, ikat pingggang, kipas, dan sebagainya.
B.
Hubungan Kostum dengan Fase-Fase Lain di Pentas
Kostum biasanya akan lebih efektif dan sesuai bila direncanakan
bersama-sama dengan fase-fase produksi yang lain. Kostum-kostum haruslah saling
bersesuaian dan cocok dengan scenery(keadaan adegan).
C.
Tujuan dan Fungsi Kostum
1.
Tiap costuming
mempunyai dua tujuan:
a.
Membantu
penonton agar mendapatkan suatu ciri atas pribadi deklamator,
b.
Membantu
memperlihatkan adanya hubungan antara deklamator dengan isi puisi atau dengan
deklamator lain jika tampil bersamaan.
2.
Fungsi kostum
a.
Membantu
menghidupkan perwatakan deklamator. Artinya, sebelum dia berdeklamasi, kostum
sudah menunjukkan hubungan deklamator dengan puisi yang akan dibawakan. Kostum
juga dapat menggambarkan hubungan psikologis dengan karakter lain.
b.
Individualisasi
peranan. Warna dan gaya kostum dapat membedakan seorang deklamator dari deklamator
yang lain dan dari setting serta latar belakang. Gaya suatu periode yang
mempunyai karakteristik-karakteristik yang sama menimbulkan duplikasi dan
monotomi, bukan individualisasi yang perlu bagi deklamator.
c.
Memberi
fasilitas dan membantu gerak deklamator. Deklmator harus dapat melaksanakan
laku atau stage business yang diperlukan tanpa terintang oleh kostumnya. Kostum
tidak hanya harus menjadi pembantu bagi pelaku, tetapi juga harus menambah efek
visual gerak, menambah indah dan menyenangkan posisi deklamator setiap saat.
D.
Tipe-Tipe Kostum Pentas
Kostum pentas dapat digolongkan ke dalam empat tipe:
1.
Kostum historis
adalah dari periode-periode spesifik dalam sejarah.
2.
Kostum modern adalah
pakaian yang dipakai dalam masyarakat sekarang.
3.
Kostum nasional
adalah kostum dari negara atau tempat yang spesifik.
Bisa saja kostum bertipe historis dan nasional sekaligus.
4.
Kostum
tradisional adalah kostum represantasi karakter spesifik secara simbolis dan
distilasi, seperti kostum pierrot, pierertte, dan harlequin, dan suku.
E.
Cara Memakai
Lebih dahulu kita bedakan antara bendandan dan memakai kostum.
Berdandan hanya memakai pakaian saja. Sedangkan memakai kostum adalah menggunakan
pakaian dengan hidupnya. Atau dengan kata lain, hidup sesuai dengan corak pakaiannya.
Ada dua teknik dalam memakai kostum:
1.
Kostum dikenakan
pada tubuh tanpa model khusus.
2.
Kostum yang dikenakan
sudah disesuaikan dengan bentuk tubuh.
Dua macam studi dalam merencanakan kostum:
1.
Studi atas isi
puisi yang dibawakan oleh deklamator.
2.
Usaha riset
atas periode sejarah dan pakaian nasional yang sesuai dengan isi puisi
IX PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan, penyanyi, deklamator , atau qori’,
untuk memperoleh suara yang baik, ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh
sebab itu, ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta
mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik
dalam latihan maupun pementasan.
A.
Macam-Macam Pernapasan yang Biasa Dipergunakan:
1.
Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara
kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung.
Di kalangan orang orang teater, pernapasan
dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas
dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/akting kita,
karena bahu menjadi kaku.
2.
Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara
yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung,
Pernapasan perut dipergunakan oleh
sebagian teatrikal, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya
lebih banyak dibandingkan dada.
3.
Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita
mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita
serap sangat banyak (maksimum).
Pernapasan lengkap dipergunakan oleh
sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi
mengutamakan vokal.
4.
Pernapasan diafragma
(sekat antara rongga dada dan rongga perut))
Pernapasan diafragma ialah jika pada
waktu kita mengambil udara, maka diafragma kita mengembang. Hal ini dapat kita
rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di
sebelah atas pinggul juga turut mengembang.
Menurut perkembangan akhir-akhir ini,
banyak orang-orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak
banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan
pernapasan perut.
B.
Latihan-latihan Pernapasan:
1. Pertama kita menyerap udara sebanyak
mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di
situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian, tubuh kita gerakkan turun sampai
batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi
semula, barulah napas kita keluarkan kembali.
2. Cara kedua adalah menarik napas dan
mengeluarkannya kembali dengan cepat.
3. Cara berikutnya adalah menarik napas
dalam-dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun
cara-cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
XII PROPERTI
Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan
dalam pementasan. Contoh: kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi, dan lain-lain.
Sering kali
muncul anggapan jika properti pentas tak ubahnya hanya pemanis pertunjukan
belaka. Sehingga acap kali keberadaan properti menjadi sesuatu yang
disepelekan. Namun, pendapat itu disanggah
Daniel SW, penata artistik dan fotografi asal Solo. Menurutnya, sebuah
kesuksesan pertunjukan ditunjang oleh banyak hal, salah satunya adalah properti
itu sendiri.
Secara umum,
properti panggung dibagi dalam dua kategori, yaitu
properti fungsional dan properti realis. Dicontohkan dalam
dunia teater, pemilihan jenis properti itu didasarkan pada naskah dan skenario
adegan atau isi puisi.Meski sederhana,
tetapi dalam konteks tersebut pemakaian properti bukan sekadar
pelengkap pertunjukan. Tapi sudah sebagai unsur penting pembangun roh
pertunjukan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Harymawan, RMA. 1993. Dramaturgi. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Achmad A. Kasim. 1990. Pendidikan Seni Teater.Jakarta:
PT Tema Baru
I recently came across your blog and have been reading along. I thought I would leave my first comment. I don't know what to say except that I have enjoyed reading. Nice blog. I will keep visiting this situs very often.
BalasHapus